Kematian yang membekas begitu dalam

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه

“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)

Membaca hadits tersebut, mengingatkanku pada kisah seorang imam di masjid tempat aku sering tarawih dulu sebelum tarawih, seperti biasa, beliau ceramah dahulu.

Maasya Allah, ini ustadz… udah kakek-kakek tapi ceramahnya semangat sekali sampai tertawa begitu lepasnya.

Ketika mulai shalat, suasana berubah begitu khusyuk… ustadz ini mendadak jadi tenang dan penuh syahdu. Subhanallah… kami begitu menikmati shalat kali ini. Di tengah-tengah shalat, entah lupa pada shalat keberapa, tapi itu adalah sujud pada rakaat pertama. Terasa sujud itu begitu lamaaa..

“sang imam mungkin sedang mempersilahkan kita untuk lama-lama berdoa pada sang Maha Pencipta”

Gubraaakkk

Maasya Allah… kaget sangat sangat sangat. Suasana sujud yg sunyi ditimpa suara seperti benda jatuh

Apa itu ??

Tak lama, ada sedikit suara gaduh..

Perlahan satu per satu jamaah wanita terangkat dari sujud karena memang sudah lama sekali kami sujud. Aku pun turut terbangun membatalkan shalat tersebut, dan… ternyata suara tadi itu adalah suara sang imam yang sebelumnya berceramah dengan sangat lantang dan bersemangat lalu mengimami kami dengan penuh khusyuk.

Iya, sang imam itu telah wafat mengakhiri masa ia bersama dunia fana menjemput keabadian. Ia Rahimahullah, wafat di bulan Ramadhan bulan suci yg Allah muliakan dari bulan-bulan lainnya. Ia Rahimahullah, wafat saat dalam sujud khusyuknya…

Maasya Allah
Lalu, bagaimana kita ingin mengakhiri hidup kita???
Mari tengok bersama amalan-amalan harian kita

Semoga bisa menjadi pengingat bagiku dan bagi kita semua

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).

Ibu yang baik dalam Islam

Oleh
Syaikh Abdullah bin Jibrin

Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya :

Bolehkah seorang ibu mengkhususkan salah seorang anaknya lebih dari yang lainnya, dari cara melepas kepergiannya, menerima kedatangannya, padahal perlakuan anak-anaknya terhadap ibu mereka tidak berbeda. Demikian pula anak cucu, perlakuan mereka terhadap nenek mereka tidak berbeda. Bolehkan hal tersebut ? Berilah kami penjelasan, semoga Allah memberi anda pahala kebaikan

Jawaban
Wajib bagi orang tua berbuat adil diantara anak-anaknya, tidak melebihkan sebagian dari sebagian yang lain dalam hal nafkah, pemberian hadiah dan sebagainya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam

Artinya : Takutlah kepada Allah dan berbuat adillah antara anak-anakmu”

Artinya : Bukanlah kamu ingin perbuatan baik mereka kepadamu sama ? Maka perlakukanlah mereka dengan sama”

Para ulama besar senantiasa berbuat adil kepada anak-anaknya hingga pada permasalahan mencium anak, senyum, menerima kedatangan dan sebagainya, berdasarkan perintah untuk berlaku adil terhadap anak-anak. Akan tetapi diperbolehkan utuk tidak menyamaratakan antara mereka, pada kondisi seperti orang tua yang mendahulukan anak terkecil, mengutamakan yang sakit dan semacamnya, berdasarkan alas an kasih saying. Jika tidak ada alas an tersebut, berarti kewajibannya adalah tetap adil dalam setiap interaksi dengan mereka, apalagi jika mereka sama pula dalam hal ketaatan, pengabdian dan silaturhaminya kepada orang tua.

[Fatawal Mar’ah 1/96]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami’ah Lil Mar’atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita , penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq, Penerjemah Amir Hazmah Fakhruddin]

Bismillahirrohmaanirrohiim….

Assalamu’alaykum,

Blog ini sedang dalam peremajaan kembali. Email-email yang masuk ke akun mahfuzhoh sementara kami belum dapat merespon dikarenakan hilangnya beberapa data dan arsip Mahfuzhoh

Tutup Buku

Assalamu’alaykum,

Maaf saudara-saudariku yang ku sayangi karena Allah, untuk sementara blog ini di non-aktifkan sementara waktu…

Bagi ikhwati fillah yang mengirimkan email, mohon maaf email sebelumnya (ekwa65@yahoo.co.I’d) sudah tidak aktif lagi Dan beralih ke mahfuzhohcollection@gmail.com

Mohon maaf jika ada yg sudah mengirimkan email ke akun yg lama

Berakhir

Runtuhlah….

Mungkin ku jadi terhina karenanya

P..E..R..I..H

Goreskan saja……Lukai hingga berpuas dada

Lupakah akan lembutnya RASULULLAH ???

Rabb, maafkanku…..

Biarkan ku menjauh dan berlari pergi

jangan ada lagi kata-kata lalu

…dan…

LUPAKAN

Lemahnya Ramadhanku…

Mengapa lemahnya si hina kian melemah

Berawal dengan kelalaian hamba, di hadap dengan kenistaan

Betapa harap ini tak pupus tuk dapat mengakhiri dengan kemenangan


Betapa kemalasan merajai …


Betapa kepiluan menjerat ranting-ranting harap penuh semangat


Betapa pun ku rangkai kata betapa sekian banyak tetap ku ingini Mahabbah-Mu sebelum Kau jemputku dalam damai keabadian perjumpaan




BERSUCI DARI AIR KENCING BAYI

Oleh
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta

Pertanyaan
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta ditanya : Ketika seorang wanita
melahirkan bayi
laki-laki ataupun perempuan, selama dalam asuhannya bayi itu selalu
bersamanya dan tidak pernah berpisah, hingga terkadang pakaiannya
terkena air kencing sang bayi. Apakah yang harus ia lakukan pada saat
itu, dan apakah ada perbedaan hukum pada air kencing bayi laki-laki
dengan bayi perempuan dari sejak kelahiran hingga berumur dua tahun
atau lebih ?. Inti pertanyaan ini adalah tentang bersuci dan shalat
serta tentang kerepotan untuk mengganti pakaian setiap waktu.

Baca lebih lanjut